Modernis.co, Lombok – Pandemi global yang mulai menyebar luas pada akhir 2019. Dari julukan virus Wuhan berubah ke 2019-Cov hingga julukan diberikan oleh World Health Organization (WHO) dengan istilah Covid-19. Yang memiliki singkatan dari Corona Virus Disease 2019. Dan keputusan pemerintah memulangkan 243 WNI yang berada saat itu di kota Wuhan.
Korban yang telah terjangkit oleh pandemi ini terbilang tidak sedikit. Dari data worldometers pandemi ini telah melanda 200 negara update per tanggal 08/4/2020.
Kemudian negara dengan korban terbanyak dialami oleh negara adikuasa siapa lagi kalo bukan Amerika Serikat dengan total jumlah 394.587 kasus, 12.748 yang meninggal dan 21.674 yang telah sembuh. Kemudian data tanggal 7/4/2020 kasus Covid tanah air tercatat sejumlah 2.738 orang.
Masalah pandemi ini disebabkan bukan hanya dari kontak fisik saja namun dari pikiran juga yang memiliki dampak. Sebut saja kecemasan, itu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang.
Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi atau keadaan psikolog. (Ramaiah : 2003)
Di sisi lain dalam jurnal kesehatan Unnes menyebutkan bahwasanya reaksi emosional yang dihasilkan dari situasi stres meliputi kecemasan, kemarahan dan agresi, serta apati dan depresi.
Oleh karena itu, dari buku dan jurnal di atas dapat ditafsirkan bahwasanya pikiran sangat berpengaruh dalam menjani kehidupan. Apalagi di tengah pandemi yang di hadapi dunia saat ini. Sebagaimana kita membayanngkan si Covid-19 akan seperti itu yang akan diterapakan dalam keseharian kita.
Jika kita jalani dengan penuh pikiran negative seperti memikirkan bahwasanya pemerintah tidak mampu untuk melakukan penanggulangan dalam pandemi saat ini. Atau mungkin berfikir seandainya terkena akan pandemi Covid-19 ini akan positif meninggal. Padahal tidak demikian, di mana pemerintah saat ini masih mencari cara yang tepat untuk menanggulanginya. Sedangkan ketika terindikasi sebagai orang positif masih banyak cara untuk diobati.
Namun di sisi lain, apabila menjalaninya dengan berbagai hal positif baik sejak pikiran hingga ke tindakan tentu akan berdampak pada hal yang positif juga. Berfikir bahwasanya pemerintah akan mengambil keputusan terbaik untuk segenap warga negaranya. Kemudian melakukan aktivitas-aktivitas yang dianjurkan oleh pemertintah.Tentu kita akan merasakan hal hal positif juga mendapatkan rasa kenyaman ataupun keamanan.
Oleh karenanya, dampak dari pikiran yang terealisasikan dalam bentuk tindakan tersebut sangat berpengaruh bagi kesehatan. Secara langsung atau tidak langsung tubuh akan mendapatkan dampak psikis dari pikirian tersebut. Seperti berfikiri negatif akan berdampak pada ketakutan yang berlebihan. Dan tetap positif dalam menghadapi pandemi ini akan merasakan kenyamanan dan keamanan yang berdampak kembali pada aspek kesehatan.
Sederhananya jika kita merumuskannya dalam bentuk matematika adalah Negativ = Sakit dan Positive = Sehat. Jika diartikuasikan dua hal tersebut mungkin akan membentuk rumus seperti demikian. Oleh karenanya tetaplah kita memulai hal-hal positive dalam setiap tindakan dengan memulianya sejak dalam pikiran.
Kemudian, selain tetap menjaga pikiran dari hal hal negative tidak lupa bagi khalyak umum untuk tetap memerhatikan anjuran anjuran yang diterapkan oleh pemerintah baik dengan bekerja dari rumah (Work From Home) ataupun diam di rumah saja, tidak menghindari kerummunan dengan orang banyak.
Para dokter yang sedang bekerja keras pun tak henti-henti memberikan himbauan untuk tetap menjaga kesehatan dengan menjaga kestabilan imun tubuh, tetap menjaga pola hidup bersih.
Oleh : Haziz Hidayat (Alumni Pondok Pesantren Nurul Bayan Lombok Utara)